Teori Kultivasi


Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Televisi mampu mempengaruhi perilaku dan kehidupan sosial kita. Ada sebuah teori yang membahas tentang dampak dari televisi yaitu Teori Kultivasi.

Teori Kultivasi adalah sebuah teori yang membahas tentang dampak atau pengaruh dari tayangan televisi terhadap penontonnya. Fokus dari teori ini adalah adegan atau tema kekerasan di acara televisi. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, seorang mantan Dekan dari Annenberg School of Communication di Universitas Pannsylvania, yang juga pendiri Cultural Environment Movement.  Penelitiannya berkaitan dengan perilaku penonton televisi yang ada di Amerika Serikat.

Teori Kultivasi membagi dua kategori penonton yang bertolak belakang yaitu penonton berat (heavy viewers) dan penonton biasa (light viewers). Penonton berat adalah penonton yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya sedangkan penonton biasa hanya menonton televisi selama dua jam atau kurang dalam setiap harinya. Teori ini menyatakan bahwa penonton berat akan membangun kepercayaan yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena apa yang mereka lihat di televisi kebanyakan mengandung unsur kekerasan dan para penonton berat meyakini bahwa hal yang disajikan di televisi juga terjadi dalam kehidupan sehari – hari.

Dalam mengembangkan Teori Kultivasi, Gerbner dan rekan – rekannya bertugas untuk memproduksi Indeks Kekerasan tahunan dan analisis materi tahunan terhadap jaringan televisi pada jam utama (prime time). Ketika proyek ini berjalan, televisi terus menerus menayangkan adegan kekerasan. Hasil penelitian Gerbner menunjukan betapa penduduk yang menonton televisi yang menayangkan kekerasan cenderung melihat realitas kehidupan ini penuh dengan kekerasan (Marta, 2017). Para ahli berpendapat bahwa televisi memiliki efek jangka panjang yang berlangsung secara sedikit demi sedikit, bertahap, tidak langsung, namun kumulatif dan signifikan.

Teori Kultivasi berhubungan dengan terpaan media. Terpaan media adalah perilaku pengguna media massa. Menurut Rakhmat (Sari, 1993) terpaan media dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, dan mendengarkan radio.

Salah satu contoh yang dapat kita ambil dari Teori Kultivasi adalah serial La Casa De Papel atau Money Heist. Serial yang berasal dari Spanyol ini telah menjadi salah satu serial yang paling banyak ditonton di platform Netflix. La Casa De Papel sendiri menceritakan tentang aksi perampokan yang telah direncanakan secara matang dan detail oleh seseorang yang dipanggil “Professor”. Serial bergenre action, drama, crime, serta thriller menampilkan sejumlah adegan tentang perlawanan terhadap pemerintah dalam aksi pembobolan Bank Percetakan Spanyol.

Terdapat tiga hal yang menjadi ikon dari serial ini, yaitu topeng Salvador Dali, lagu yang berjudul “Bella Ciao” dan juga jumpsuit berwarna merah. Ketiga hal ini menjadi simbol perlawanan yang kemudian diikuti oleh para penonton untuk melakukan aksi protes atau demonstrasi. Terdapat demonstran yang bergaya ala Money Heist saat aksi protes di Puerto Rico pada tahun 2019. Kemudian ada juga demonstran mahasiswa Indonesia yang menggunakan kostum serupa saat demonstrasi di Gedung DPR pada tahun 2019.

Demonstran di Indonesia, 2019
Sumber : instagram.com/chandraliow

 
Demonstran di Puerto Rico, 2019
Sumber : Kari Kari via Twitter














Comments